Ladangbelajar - Mariano Diaz kembali ke Santiago Bernabeu setelah menimba ilmu di Olimpique Lyon.
Real Madrid tentu memiliki alasan untuk kembali memulangkan striker Dominika tersebut. Bermodalkan 18 gol di League 1 Prancis, harapan publik begitu besar kepadanya untuk bisa melihat pemain bernomor punggung 7 merobek gawang lawan seperti yang Cristiano Ronaldo lakukan musim lalu.
Beban berat jelas ada pada di pemain jebolan Real Madrid Castilla tersebut. terlebih hingga pekan ke-15 striker pekerja keras ini masih menjaringkan 1 gol dari 5 kesempatan bermain di La Liga yang ia dapatkan.
Jumlah laga yang ia peroleh memang tergolong minim. Namun seperti itulah risiko yang harus dihadapi striker muda jebolan akademi. Nasib serupa juga dialami Borja Mayoral yang kini dipinjamkan ke Levante.
Belajar dari Perjuangan Higuain
Madridista tentu masih ingat dengan Gonzalo Higuan. Kedatangannya pada musim panas 2006/2007 ketika ia masih usia remaja harus bersaing dengan striker top seperti Ruud van Nistelrooy dan sang pangeran Real Madrid, Raul Gonzales.
Apalagi Ruud van Nistelrooy benar-benar sedang on fire musim itu dengan merebut trofi el pichichi. Namun sekali lagi kesabaran dan kerja keras Higuain serta manajemen klub membuahkan hasil.
Kala itu El Real dipimpin oleh Ramon Calderon yang memang tidak se glamor Florentino Perez dalam membentuk tim.
Meski masih usia belia, Higuain mampu berkolaborasi dengan para seniornya. Tentu dengan dukungan dan kepercayaan yang diberikan oleh Fabio Capello yang mendatangkannya dari River Plate kala itu.
Musim pertama dia lalui dengan 19 penampilan dan 2 gol. Tentu jika dibandingkan dengan Mariano (1 gol dalam 5 pertandingan), prosentase Mariano masih unggul.
Jika dilihat tahun-tahun selanjutnya, torehan gol Higuain terus meningkat. Striker berjuluk el Pipita berhasil membukukan 8 gol dari 25 pertandingan liga di musim 2007/2008, 22 gol dari 34 lagai musim 2008/2009, dan 27 gol dari 32 laga musim 2009/2010. Hingga musim terakhirnya (2012/2013) Higuain selalu menyumbang 2 digit gol untuk el Real.
Tidak ada salahnya jika Santiago Solari sedikit meniru gaya rotasi pemain yang diterapkan Zidane. Saat berlaga di Copa del Rey, Zizou berani menurunkan pemain muda atau pelapis yang bahkan juga ia lakukan di pertandingan La Liga pada saat-saat tertentu. Alhasil Mariano Diaz sempat membukukan hattrick ke gawang Cultural Leonesa di pentas Copa del Rey serta penampilan Marko Asensio dan pemain muda lainnya kian meningkat.
Hingga pekan 15 la Liga, Solari masih terlihat luwes dalam merotasi pemain. Banyak pemain muda jebolah akademi yang ia turut sertakan dalam pertandingan-pertandingan Copa del Rey hingga Liga.
Persaingan ketat
Menjadi bagian dari Real Madrid, setiap pemain harus tampil sempurna disetiap laga jika tidak ingin menjadi penghangat bangku cadangan. Meski terkadang hubungan sosial pemain dengan manajemen klub juga penting.
Jebolan akademi Real Madrid kebanyakan lebih bersinar ketika dipinjamkan atau dijual ke klub lain dan membeli kembali semusim berikutnya. Namun hal semacam itu dapat menjadi blunder bagi Real Madrid sendiri.
Lihat kembali Semi final Liga Champions 2014/2015 saat Los Galacticos bersua Juventus. El Real takluk oleh 2 gol Alvaro Morata di leg pertama dan kedua. Alhasil semusim berselang Morata ditarik kembali dengan mahar lebih mahal dan iming-iming striker utama.
Namun kebijakan rotasi yang dterapkan Zizou membuat Morata tidak betah dan ingin bermain secara konsisten atau reguler.
Real Madrid, Bersabarlah!
Sabar, yakin, dan berikan kepercayaan kepada Mariano Diaz serta pemain muda lain. Jangan seenaknya menelan ludah sendiri apalagi meludahkannya lagi. Jelas ini perlakuan yang semena-mena dan kurang menghargai pemain.
Real Madrid harus melihat perjuangan Mariano dengan 18 gol nya selama di Olimpique Lyon musim lalu.
Dukungan dan motivasi akan membuatnya terus bekerja keras hingga penampilan garang di depan gawang berhasil dia tunjukkan.
0 komentar:
Post a Comment