Alhamdulillaahirabbil'alamin, wassolaatuwassalaamu 'alarosulillah sayyidina, wahabibina, waqurroti a'yunina wamaulana muhammad, wa'alaa alihi wasohbihi ajma'in.
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي
Para jama'ah yang dirahmati ALLAH. Alhamdulillah, kita sudah melawati pintu gerbang Bulan Ramadhan dan masuk ke dalam Bulan Ramadhan. Alhamdulillah, 1 hari puasa ramadhan
telah kita tunaikan. InsyaAllah, kurang lebih 29 hari lagi kita akan berjuang untuk terus berusaha meningkatkan ibadah kita, memerangi hawa nafsu dan kemaksiatan dengan iman dan taqwa, demi menjadi insan yang lebih baik di hadapan ALLAH SWT.
telah kita tunaikan. InsyaAllah, kurang lebih 29 hari lagi kita akan berjuang untuk terus berusaha meningkatkan ibadah kita, memerangi hawa nafsu dan kemaksiatan dengan iman dan taqwa, demi menjadi insan yang lebih baik di hadapan ALLAH SWT.
Para Jama'ah yang dirahmati ALLAH. Pada kesempatan kali ini, izinkan saya untuk menyampaikan sebuah kisah yang mengandung hikmah penting dalam meningkatkan ibadah kita kepada ALLAH SWT, khususnya shalat.
Alkisah, dari seorang Imam Ubaidillah bin Umar Al-Qawariry. Beliau tidak lain adalah guru dari Imam al Bukhory yang kitab sakhihnya hampir menjadi rujukan bagi semua muslim di dunia. Imam Ubaidillah bin Umar Al-Qawariry sangat menjaga shalat berjamaahnya di masjid. Namun, suatu ketika, beliau kelewatan shalat isya' berjamaah. Beberapa riwayat mengatakan bahwa beliau kedatangan tamu yang membicarakan urusan penting terkait umat.
Selesai pembicaraan, tamu tersebut pun pulang. Kemudian beliau teringat, sekarang sudah masuk waktu shalat isya'. Beliau pun bergegas menuju masjid. Ternyata, jamaah sudah bubar. Masjid sudah sepi. Beliaupun berkeliling mencari orang-orang disekitar masjid untuk menanyakan apakah sudah menunaikan shalat isya'? Namun setiap orang yang ditanya menjawab, "Saya sudah shalat isya' berjama'ah."
Alhasil, beliaupun pulang dan berniat untuk shalat isya' sendiri di rumah. Mengetahui akan keutamaan shalat berjamaah yang bernilai 27 derajat, beliaupun melaksanakan shalat isyak sebanyak 27 kali.
Tuntas menunaikan shalat isya' 27 kali, beliau tertidur. Di dalam tidurnya beliau bermimpi menunggangi kuda dan berlomba bersama orang-orang yang dia kenal. Ternyata, kuda teman-temannya ini lebih cepat dari pada kuda beliau. Sadar makin lama makin tertinggal, beliau makin memacu kudanya. Namun, tetap saja semakin tertinggal. Hingga datang salah satu dari temannya dan mengatakan, "Wahai Imam, jangan dipaksan, engkau tidak akan mampu mengejar kami". Imam Ubaidillah pun bertanya, "lho, kenpa bisa demikian?" Lalu temannya menjawab, "Karena kami semua mendirikan shalat isya' berjamaah"
Para Jama'ah yang dirahmati ALLAH. Sungguh tinggi derajat shalat berjamaah. Tinggi derajat shalat tersebut, tinggi pula derajat orang-orang yang mendirikannya karena ALLAH SWT. Hingga shalat munfarid (sendiri) pun tidak mampu menandingi jumlah 27 derajat shalat berjamaah.
Shalat tidak hanya sekedar shalat. Perlu kita memperhatikan syarat wajib dan sahnya dari shalat tersebut. Diantaranya adalah kesucian, baik suci badan, pakaian, dan tempat shalat. Terlebih suci hati.
Kita menghadap kepada ALLAH, tentu dengan hati yang bersih lagi suci. Semua urusan duniawi kita tinggalkan. Jika ada yang sedang belajar, memasak, mengerjakan tugas kemudian adzan berkumandang, maka seketika itu pula, semua aktivitas-aktivitas tersebut STOP! Bayangkan, Ibu kita saja, ketika beliau memanggil/memerintah kita, HARAM/DILARANG hukumnya untuk membantah, semisal dengan mengucapkan, "ah!" dan semacamnya. Nah bagaimana dengan panggilan ALLAH?? Pencipta kita?? yang memberi kita hidup??
Sudah seharusnya kita bergegas, bila perlu berlari untuk memenuhi seruan-Nya. "Berebut" shaf/barisan terdepan. Sesuai potongan hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim, "...barang siapa mendekat kepada Ku satu hasta, maka Aku akan mendekat kepadanya satu lengan. Dan barang siapa mendekat kepada Ku satu lengan, maka Aku akan mendekat kepadanya dua lengan. Dan jika dia mengahdap Ku dengan berjalan, maka Aku akan menemuinya dengan berlari." Tidak perlu lah kita menunggu iqomah berkumandang lalu kita bergegas ke masjid/mushollah. NUNGGU APA??!! KELAMAAN! TELAT!
Tidak cukup hanya diri kita yang diajak untuk shalat. Cobalah untuk mengajak teman/saudara kita, yang mungkin mereka masih asik dengan kesibukan, mereka yang masih tidur, sehingga dengan demikian akan terbangun sikap kepedulian kepada sesama.
Sekali lagi, shalat tidak cukup shalat. Jika asal shalat, maka lelah yang akan kita rasakan. Dengan cara shalat secara tumakninah, sikap/posisi tubuh yang benar mulai dari takbir hingga takhiyat akhir, dengan demikian hati kita menjadi lebih tenang. Sebagaimana kita ketahui, jika shalat kita benar, maka baik untuk kesehatan.
Dalam shalat berjamaah, hendaknya kita merapatkan barisan/shaf. Menempelkan kaki dengan kaki teman/saudaranya. Pundak dengan pundak. Bahkan, orang barat/non muslim, memandang shaf rapat orang yang sedang shalat itu bagaikan tembok yang kokoh. Ini pendapat dari orang non muslim, nah bagaimana dengan kita yang muslim???
Hal dalam merapatkan shaff ini lah yang banyak dilupakan para jamaah shalat, khususnya imam shalat. Sudah menjadi tugasnya untuk memperhatikan dan mengingatkan rapat dan lurusnya shaff sebelum memulai shalat. Apa susashnya sih merapatkan shaf? menempelkan kulit dengan kulit?? Kita shalat tidak memandang keturunan, warna kulit, kaya miskin. Semua sama dihadapan ALLAH. Janganlah kita biarkan setan mengganggu kita berkeliaran mengisi celah-celah shaf diantara kita dan sudara kita.
Tidak cukup kita sekedar mengerjakan yang fardhu. Shalat sunnah, juga sama pentingnya, dari shalat sunnah itu lah kita dapat menyempurnakan shalat fardhu kita. Usai shalat dianjurkan pula untuk wirid/dzikir kepada ALLAH. Mengingat ALLAH, bersyukur atas nikmat-Nya, berdoa kepada-Nya, memuja dan memuji keagungan-Nya.
Amalan shalat adalah amalan yang pertama kali akan dihisab di akhirat kelak. Jika amalan shalat kita baik, InsyaAllah amalan-amalan yang lain akan baik pula. Jadi di dunia ini, perbuatan, nasib, rezeki seseorang, dll tidak lain adalah cerminan dari pada shalatnya. Nah, semisal ada yang selalu shalat jama'ah di masjid, tepat waktu, kenapa masih begitu sulit dalam menyelesaikan urusannya, pekerjaan kurang lancar, sering kena musibah, dll. Apakah ini laknat atau ujian?
Percayalah dan selalu berpikir positif, hidup ini adalah ujian. Iman kita tinggi, ujian pun akan tinggi pula. ALLAH itu Maha Adil, ALLAH itu Maha Benar. ALLAH itu Maha Penolong. Semoga kita menjadi hamba ALLAH yang terus berbenah, meningkatkan iman dan taqwa, serta senantiasa mendapatkan rahmat dan maghfiroh-Nya.
Percayalah dan selalu berpikir positif, hidup ini adalah ujian. Iman kita tinggi, ujian pun akan tinggi pula. ALLAH itu Maha Adil, ALLAH itu Maha Benar. ALLAH itu Maha Penolong. Semoga kita menjadi hamba ALLAH yang terus berbenah, meningkatkan iman dan taqwa, serta senantiasa mendapatkan rahmat dan maghfiroh-Nya.
Selamat menjalankan ibadah puasa ramadhan....
0 komentar:
Post a Comment