Assalaamualaikum Wr. Wb.
Apa kabar semua! Selamat datang di ladangbelajar.blogspot.com. Kali ini saya akan berbagi ilmu dan pengalaman mengenai "Nikmat".
OK. Jika kita sebagai umat muslim dan berbicara mengenai nikmat tentu tidak boleh lepas dari kata "Syukur". Bahwa setiap nikmat yang kita dapatkan itu semua datangnya dari Allah SWT. Maka sudah sepatutnya kita bersyukur niscaya Allah SWT akan melipatgandakan. Bahkan dikala kita terkena musibah,
kita juga harus tetap bersyukur. Misalkan dalam satu kejadian kita mengalami kecelakaan. Pada salah satu jari kita ada yang tergores. Nah dari kejadian tersebut kita harus tetap bersyukur karena Allah SWT tidak memberikan musibah yang lebih berat seperti tangan patah, kepala memar, dll.
Kembali ke bahasan awal yakni nikmat. Beberapa hari yang lalu pengasuh pesantren mahasiswa kami, Ust. Nizar, menyampaikan tausiyah mengenai nikmat. Jadi seperti yang kita ketahui pada umumnya, timbulnya rasa nikmat bersumber benda tersebut. Misalkan kita makan es krim. Kita semua tahu es krim itu nikmat. Kemudian makan ayam goreng juga nikmat. Lalu kini timbul pertanyaan kenapa orang pecandu narkoba, rokok, miras masih merasa nikmat? Padahal rasa dan bau barang-barang haram tersebut sangat menyengat dan tidak sedap.
Baik, kita sudah membahas nikmat dalam hal makanan. Sekarang kita alihkan pembahasan nikmat yang terkait dengan aktifitas. Misalkan orang shalat. Ada orang yang shalatnya cepat dan lambat. Ada yang makmum tidak suka jika imam shalatnya lama. Ada orang yang berpuasa ingin segera berbuka. Juga ada yang baru duduk membaca Al-Qur'an langsung buru-buru menyelesaikan bacaannya yang belum dapat setengah lembar misalnya. Beberapa aktifitas yang telah disebutkan diatas rasanya sudah tidak asing kita lakukan.
Sampai disini kita sudah mendapatkan dua contoh nikmat dalam bentuk makanan dan aktifitas. Dari beberapa contoh diatas beberapa ada yang berlawanan. Seperti contoh pecandu narkoba dan melaksanakan shalat, puasa, dan mengaji. Kita sebagai umat muslim seharusnya merasa mendapatkan nikmat karena dapat melaksanakan shalat, puasa, dan mengaji. Nah kok malah lebih nikmat dengan mengisap barang haram semacam narkoba dan semacamnya.
Disinilah letak persimpangannya. Ternyata nikmat itu adalah sebuah tingkatan atau kalau dalam istilah islamnya adalah maqam. Seseorang akan merasa suka, nyaman, dan tenang dalam melaksanakan sebuah aktifitas apabila telah mencapai maqam nikmat ini. Mari kembali ke beberapa contoh diatas. Orang shalat misalkan. Awal mula kita shalat dengan rasa berat hati. Mesti harus disuruh, dimarahi, hingga dipukul karena untuk melakukan shalat. Namun seiring berjalannya waktu dan istiqomah maka kita shalat dengan kesadaran diri tanpa ada perintah dari orang lain hingga merasa bahwa shalat itu merupakan sebuah kebutuhan. Nah disinilah tanda bahwa kita masuk dalam maqam nikmat.
Bagaimana dengan yang pecandu narkoba, miras dan semacamnya? Jawabannya adalah sama. Awalnya mereka tentu tidak suka dengan bau dan rasa yang ditimbulkan dari barang haram tersebut. Namun karena adanya dorongan dari lingkungan serta kandungan zat yang dapat menimbulkan candu dari barang haram tersebut, maka pecandu narkoba tersebut masuk dalam maqam nikmat. Naudzubillah mindzalik.
Pembaca yang dirahmati Allah. Semoga kita selalu menjadi hambanya yang selalu bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan. Menjadi hamba yang mampu mencapai maqam nikmat tentunya dalam jalan kebaikan. Aamiin...
0 komentar:
Post a Comment