Hampir dua tahun lamanya kita tidak mengarahkan pandangan. Selama itu pula, suaramu masih bisa kurasakan dalam kecilnya telingaku, menandakan bahwa kehadiranmu masih kunantikan. Namun, hatiku seolah mengajakku untuk menutup mata dari hadapanmu. Ya, kenangan waktu itu masih masih menodai hati ini yang tak sanggup menghapusnya. Hanya dari surat sinyal ku lontarkan kerinduanku padamu. Entah dirimu memahaminya atau tidak
.
Pernah dalam hati ingin melepasmu pergi dari dalam dinginnya hatiku. Namun, siapa yang kan menjaga ruang hampa hatiku jika bukan dirimu. Memang, engkau memaksa dan pergi dari ruang hatiku. Namun, aku harap, kamu mau kembali singgah sejenak di dalam hatiku, menata dan merawat isi hatiku yang mulai kehilangan asmara.
Sekali lagi, aku akan selalu mengingat kata-kata terakhirmu ketika itu. Kata-kata yang seolah tidak ingin diantara kita saling melupakan. "Kita akan menjadi sahabat selamanya". Ku simpan kalimat terakhirmu di dalam hati. Aku selalu berharap hatiku bisa ikhlas membuka pintu untukmu yang ingin pergi. Silahkan, aku tidak akan menghalangi takdirmu, carilah hati yang lebih mampu menjaga dirimu lebih baik dari ku. Selamat jalan wahai sahabatku...
0 komentar:
Post a Comment