Apa kabar semua? Senang sekali saya bisa kembali menuliskan pengalaman hidup saya di blog ini.
Ngomong-ngomong, pernahkah Anda melihat foto di sebelah kiri ini? Kira-kira, apa ya profesi Mas yang satu ini? Anda tahu? Ya, Resimen Mahasiswa. Demikianlah sebutan mereka atau yang akrab dipanggil Menwa.
Kebetulan sekali, foto disamping merupakan foto
saya ketika menjadi Komandan Upacara di kampus tercinta Universitas Trunojoyo Madura. Waktu itu sedang diadakan upacara pembukaan Orientasi Mahasiswa Baru Tahun 2013 serta Upacara Kemerdekaan RI ke 68. Hmmm baru pertama kali rasanya saya didapuk untuk menjadi Komandan Upacara di perhelatan akbar tahunan kampus kami. Betapa bangganya diri saya bisa menerima tugas tersebut.
saya ketika menjadi Komandan Upacara di kampus tercinta Universitas Trunojoyo Madura. Waktu itu sedang diadakan upacara pembukaan Orientasi Mahasiswa Baru Tahun 2013 serta Upacara Kemerdekaan RI ke 68. Hmmm baru pertama kali rasanya saya didapuk untuk menjadi Komandan Upacara di perhelatan akbar tahunan kampus kami. Betapa bangganya diri saya bisa menerima tugas tersebut.
Awalnya, pagi-pagi sekali, saya sempat tidak percaya diri. Bagaimana tidak, suara saya sudah hampir habis karena gladi kotor kemarin. Kok bisa? Ya karena digunakan buat mempersiapkan pasukan/Maba sambil teriak-teriak. Malam hari sebelum upacara dimulai, saya juga sempat putus asa alias mental breakdown. Badan panas, suara serak, khawatir tidak bisa maksimal ketika bertugas.
Hari H pun datang. Pagi hari saya sudah siap untuk bertugas bagaimanapun kondisi fisik saya. Doa selalu saya panjatkan kepada Allah SWT supaya diberik kelancaran selama bertugas. Maba sudah mulai berkumpul di lapangan upacara selesai dari pemeriksaan penugasan dari panitia. Saya mulai memegan microphone sambil ragu. Mau tidak mau, aku harus berani bersuara. Dan aku keluarkan teriakan pertamaku. Namun, apa yang saya rasakan begitu mengagetkan, suara saya seperti tidak ada masalah sedikitpun ketika berteriak. Sejak saat itu hingga pelaksanaan upacara selesai, saya tidak segan-segan untuk melantangkan suara Menwaku.
Kurang lebih upacara berlangsung, akhirnya selesai juga. Selepas dari tugas upacara, suara saya langsung hampir tidak tersisa, hanya suara serak yang bisa saya pergunakan. Namun, saya sangat puas dan ingin mengulangi kesempatan itu lagi jikalau ada kesempatan. Terima kasih Allah SWT yang telah mengabulkan doa saya, terimakasih buat "Adik" yang selalu mendukung Mas.
terimakasih buat "Adik" yang selalu mendukung Mas. adik siapa mas ini?
ReplyDelete